Sabtu, 01 November 2014

Saat Cita-Cita Terasa Semakin Menjauh

Tanggal 5 September 2013 adalah hari disematkannya Gelar Master Pendidikan di belakang nama  Lengkapku Tri Indah Rusli, hari dimana tepatnya pundakku semakin terasa berat, karena tak hanya menyandang gelar itu namun membawa nama baik dan harapan besar orang tuaku sebagai cucu yang ke dua mendapat Gelar Master setelah 1 bulan sebelumnya kakak perempuanku Atika Rusli menyandang gelar yang sama di IPB. Tepat 2 Tahun ku menyelesaikan pendidikan S2 ku di Universitas Muhammadiyah Surakarta dan harus kembali menunaikan tanggung jawab dan membayar janji pengabdian atas kemurahan Universitas Muhammadiyah memberikan Rekomendasi untuk beasiswa BPPS dari DIKTI yang membantu selama studi di tanah Spirit of Java ini.

Hari ini 25 Oktober 2013 Jabatan di limpahkan padaku. Jabatan ini diberikan setelah 1 Minggu sebelumnya saya turut serta dalam rapat pemilihan Ka.Prodi menggantikan Ka.Prodi sebelumnya karena harus kembali ke Universitas asalnya. Tak pernah rasanya memimpikan menerima Jabatan ini, dari berbagai cerita, masukan dan diskusi panjang dengan beberapa orang yang sangat saya hormati maka akhirnya hatiku tergerak untuk menerimanya dengan lapang dengan satu impian akan mengantarkan program studi ini ketempat dimana diimpikan dan selalu diinginkan oleh setiap orang, dimana senyum para stafnya menentramkan hati mahasiswa, pengajaran Dosennya mencerahkan dan mencerdaskan Mahasiswa dan dengan prodi ini maka mimpi-mimpi besar akan pendidikan akan tercapai * terlalu muluk bukan? tapi ada keyakinan disini (baca:dihati) bahwa impossible is nothing.

Mulai bekerja, bekerja dan terus bekerja adalah yang kulakukan dan ternyata ada hal yang kulupa bahwa kupun harus belajar. Pada proses belajar inilah akhirnya kumulai menemukan masalah sekeping demi sekeping dimana ku belajar bahwa pada akhirnya apa yang kita lakukan baik tak selalunya diterima baik oleh orang lain dan apa yang kita pikirkan baik tidak selalunyaa dipikir baik oleh orang lain. Selama ini aku selalu  merasa lemah ketika masalah menerpaku dan tak ternaffikan juga saat itu. Kepingan masalah terus saja bertambah hingga pada akhirnya ku  yang lemah menjadi kuat (baca:lembut menjadi keras), ku yang diam akhirnya angkat bicara dan saat semua telah terjadi ku mengerti bahwa tak ada yang mudah untuk menjadi baik.

Tak terasa akhir oktober ini tepat 1 tahun jabatan itu bersamaku, hingga saat ini masih terus belajar, belajar, belajar sembari bekerja, bekerja,bekerja. Banyak pelajaran yang bisa kupetik dari Amanah ini bahwa sejatinya seorang pemimpin sebaiknya:
1. Amanah - Bahwa Jabatan adalah titipan dimana cita-cita awal kita akan kita jaga hingga tercapai dan semua dilakukan dengan ikhlas sebagai Ibadah di hadapan-Nya.
2. Tabliq - Menyampaikan, bahwa sejatinya hubungan yang baik adalah komunikasi yang baik, penyampaian yang baik dan saling menasehati dengan cara yang baik.
3. Jujur - Sifat yang tak boleh lekeang dan terus melekat karena jabatan ini rentang akan kebohongan, peluang dusta jauh lebih muda namun kejujuran selalu membawamu pada kebaikan yang jika tidak saat itu, mungkin nanti dan itu PASTI
4. Cerdas - Ditempat inilah semua hal bodoh bisa dilakukan, namun cerdas mampu mendadmpingimu menyelesaikan masalah yang tak kunjung tuntas (Baca: selesai satu masalah datang masalah lain), cerdas mengambil keputusan agar tak melukai yang lain dan cerdas mengatur hati agar tempat dimana kita berada semua merasa tenang.

Empat hal itu bisa jadi tak melekat sempurna didiri ini namun hakekatnya ku pegang teguh, dalam usahaku selalu ada 4 hal tersebut yang takkan kubiarkan hilang sebagai warisan Rasul ku. Perjalanan ini terus berjalan hingga 08 Mei 2015 nanti. Kadang ku merasa malu ketika kuteringat katakata ku beberapa waktu yang lalu ketika setiap teman yang kutemui memberi selamat dan berceletuk rungan "enaknya tawwa di' jadi ka.prodi" dan spontan kata ini keluar dari lisanku "Tak ada yang enak dari menjadi Ka.Prodi selain menggesekkan ibu jari dan jari tengah dan mengeluarkan suara (Baca: Uang)". Kata-kata itu mulai kusesali karena ketikah kata lelah terus ku sandang maka cita-citaku terasa semakin jauh.

Maka mulai saat dimana tuts-tuts ini beradu dengan jari, saat katakata ini kurangkai saat itu kurindu berada dibalik meja itu sepanjang hari, berlalu lalang melewati lorong-lorong kantor menyelesaikan satu masalah demi masalah yang lainnya, menikmati kepala yang sakit dan mata yang mulai lelah hanya untuk mewujudkan cita-cita itu... cita-cita yang memberanikan ku untuk mengatakan "Bismillah... saya siap" ketika ditanya "bersediakan kamu jadi Ka.Prodi". 

Pada akhirnya ku dengan lapang dada mengatakan pada seseorang yang akan menempati kursi yang sama kududuki saat ini (Baca: Ka.Prodi selanjutnya) "Buatlah cita-cita besar untuk prodi yang telah membesarkan kita, cita-cita yang jauh lebih besar dari cita-cita yang tealh kita capai".

Yogyakarta, 31 Oktober 2013
Saat ku merasa mengabaikan Amanah ini.

1 komentar: