Novel yang ditulis oleh Tere
Liye ini terdiri dari 544 halaman dengan 51 Potongan cerita. Sungguh tak
terkira berapa kali saya menteskan air mata karena begitu terhanyut dalam
untaian kata yang dirangkai dengan indah dan sangat bijak oleh penulisnya.
Seperti membaca tulisan-tulisan Tere Liye
sebelumnya selalu saja ada banyak hal baru yang saya temukan tidak hanya
tentang tempat-tempat indah, pelajaran-pelajaran baru, kata-kata bijak,
keharuan tapi selalu saja kutemukan cinta dan kedamaian didalamnya.
Novel RINDU ini berlatar belakang Kota
Makassar di bagian Awal, bercerita tentang perang dan penjajahan Belanda tapi
dibagian satu saya sudah bisa menemukan pelajaran tentang kapal Uap, tentang
pengetahuan agama dan tentang cinta lagi tapi cintanya sungguh bukan cinta muda
mudi sekarang melainkan cinta yang universal dan pastinya jauh lebih
menghanyutkan.
Tapi tidak hanya tentang Ibu Kota
Sulawesi Selatan saja, ada latar belakang kota Surabaya, Jakarta (Batavia saat
itu), padang, Pontianak, Banda Aceh, Sri Langka, Kolombo dan juga samudra
Hindia. Panjang sekali jika harus saya ceritakan detailnya bahkan bisa jadi
seluruh isinya saya ciplak pindah ke blog ini tapi sungguh saya tidak akan
melakukan itu, ada LIMA bagian
penting dari buku ini yang ingin saya bagi, sebagaimana air mataku menetes haru
begitu pula kalimat-kalimatnya memeluk hatiku.
(beberapa
kalimatnya sa tulis seperti persis dengan jawaban Gurutta dalam Buku ini jadi
bukanji Plagiator nah)
Satu,
(p. 311-315). Keliru sekali jika kita harus lari dari kenyataan yang buruk
tentang diri kita karena itu hanya akan menyulitkan kita sendiri, semakin keras
kita berusaha lari, semakin kuat cengkramannya, semakin kencang kita berteriak
melawan maka semakin kecang pula gemanya memantul, memantul, memantul lagi dan
memenuhi kepala karena cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan
dihadapi. Berdiri gagah dan mulailah dengan damai menerimanya. Buat apa
dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian dari hidup kita. Cukup dipeluk
semua kisah itu, berikan tempat terbaik dalam hidupmu, terima perlahan-lahan
maka ia akan memudar dengan sendirinya.
Jika kau memikirkan penilaian orang lain
maka ketahuilah saat kita tertawa hanya kitalah yang tau persis apakah tawa itu
bahagia atau tidak boleh jadi kita ketawa dalam seluruh kesedihan begitupun
sebaliknya dan orang lain hanya melihat dari luar sungguh hanya dari luarnya
saja. Maka penilaian orang lain tidaklah
relevan. Kita pun tak perlu menjelaskan panjang lebar karena kitalah yang tau
persis perjalanan hidup yang kita lakukan, apakah kita bahagia atau tidak,
tulus atau tidak hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu membuktikan apapun
kepada siapapun bahwa kita baik-baik saja, buat apa? Sama sekali tidak perlu.
Jangan repotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain, karena toh kalau
orang lain menanggapinya pada akhirnya tetap diri kita sendiri yang tahu persis
apakah kita memang sebaik itu.
Apakah Allah akan mengampuni Dosa besar
hambanya? Sungguh hanya Allah yang tahu, kita tidak bisa menebak, memaksa,
merajuk itu hanya Allah yang tahu. Kisah seekor anjing dan pelacur dalam sebuah
hadist riwayat Bukhari dan Muslim cukup memberi pelajaran bahwa selalulah
berbuat baik, selalu … maka semoga besok lusa ada satu perbuatan baik yang kita
lakukan menjadi sebab dosa kita diampuni
Sungguh nasehat ini sangat tepat
sekali bagi kita yang masih terus menyesali masa lalu kita yang buruk, yang
hidup dalam ketakutan tentang keburukan itu dan terus berusaha lari dari
kenyataan hidup kita, maka enyamlah dan saatnya melaksanakan nasehatnya.
Karena sudah panjangmi tulisanya, cape’
ma’ juga kurasa mengetik maka ku kasi bersambungi nah. Tunggu mami bagian ke-Dua-nya
nanti. Kalau na bilang artis ibu kota “Cekidot” di tulisan berikutnya. Kalau
nda’ mau ki’ lama menunggu tulisanku langsung ki’ saja baca novelnya baru tulis
tommi di blog ta baru kita baca tommi sendiri. Gampang ji toh :D
Wednesday,
November 12, 2014
2,3,4,5 nya mana kak??
BalasHapus