Senin, 27 Oktober 2014

Sekeping Pengharapan di bawah derai hujan-Mu

Kota lulo kuyup lagi...

Bukannya hujan itu berkah? sebaimana pengharapan doa doa di ijabah saat rintiknya membasahi bumi.
lantas keluhan mana lagi yang pantas di lantunkan?

tapi bukan itu bagian dari ceritaku hari ini.

Ditengah segala kegundahan, disaat mimpi kemenangan maka disaat itu juga riak riak ketakutan membelenggu.
Bagi sebagian orang bahkan keluarga yang teramat sangat dekat usiaku tak lagi muda (I rather not say), diusia yang seperti ini seharusnya  bukan hanya pencapaian karier dan pendidikan ku yang baik namun separoh agamaku pun seharusnya telah sempurna.
Namun apa boleh dikata  perempuan yang berpostur mungil, jauh dari rupa nan menawan, tak juga berlimpah prestasi dan juga tak cukup di gelari wanita sholeha ataupun perempuan berkerudung panjang *bukan judul film hehehehe tak juga dikirimi balasan dari Allah akan harapan nya.

Tidak bermaksud menyalahkan takdir yang menurut kita adalah ketetapan yang pasti adanya, namun ikhtiar inipun rasanya masih belum maksimal.
ada masa dimana keinginan itu terhapus dari daftar doa rutin yang disenandungkan di setiap sujud, menggantinya dengan mimpi mencapai pendidikan tertinggi, mimpi mengunjungi negara negara lain diluar sana dan mimpi mengantarkan orang tua ke puncak kebahaggiaan nya. adapula masa dimana keinginan ini membucah kuat tak tertahankan yang pada akhirnnya menciptakan kegalauan yang tiada tara. *lebay hehehhee

Setalah berkecamuk beberapa lama dikepala, ku tenangkan dan kuajak diskusi, apa keinginan diri sebenarnya?
ku putar balikkan harapan, ku adu argumen dengan perasaan pada akhirnya kuhanya butuh ketenangan. mimpi mimpi itu bukannya bisa terwujud berbarengan?
akhirnya Kusimpulkan sebagaimana Q.S Ar Ruum ayat 30 menjelaskan "milikilah pasangan supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,. kemudian kuputuskan melanjutkan ikhtiar.

Apakah sudah cukup?
ternyata belum.

Disaat salah satu ikhtiar terjawab, diriku diperlihatkan pada seseorang... bagi ku ini hal yang baru *meskipun ku telah melewati proses berkenalan dengan banyak orang tapi sungguh ini sangat sangat berbeda. tak berani dan tak berniat sedikitpun melihat wajahnya karena bagiku wajah adl urutan kesekian dari beberapa pertimbangan. dan semuanya berjalan lancar, cukup duduk manis seperti biasa dan selesai. tak pernah berani bertanya banyak hal namun mendengar cerita cerita, bagaimana agamanya, bagaimana pendidikannya ternyata menjadikanku jauh dan sungguh sangat takut. Sosok seperti itu *mengagumkan.

kembali ku menatap diri sepertinya ku tak pantas bagi sosok seperti itu, tersindir dengan Q.S An Nur ayat 26 bahwa “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”.

Namun sebagai perempuan yang telah bertobat memohon pengampunan Allah akan khilaf dan dosa harapan dihati kecil untuk disepadankan dalam kebaikan dengan sosok yang baik masih terbersit kuat. Bukan karena ku sangat ingin menikahakibat  tuntutan orang orang disekitar tapi sungguh ku selalu takut akan dosa yang berkepanjangan, takut yang teramat sangat besar agar dapat menjaga diri dan terhindar dari fitnah dunia yang berbagai arah datangnya. sungguh pengharapan itu yang membuatku semakin kuat untuk berubah, merubah pola diri dalam bertindak dan berkata, sedikit menepi dari hiruk pikuk organisasi, menyibukkan diri dengan tuntutan kerja dan bersandar pada sang pencipta lebih banyak.

Apakah itu semua cukup agar balasan doa-doa segera di ijabah? maka tiada doa yang paling indah yang paling sering ku lantunkan dengan tetesan air mata
"maka jika dia (yang kusebut namanya) baik bagiku dimata Allah maka dekatkanlah, lapangkanlah dadanya untuk menerima diri ini apaadanya, kuatkanlah dirinya untuk senantiasa membimbing dalam kebaikan, namun jika bukan dia (yang kusebut namanya) yang terbaik bagi Allah untuk dipasangkan denganku maka jauhkanlah dan beri pengganti yang baik, sabarkan dan berilah keikhlasan kepadaku menunggu ketetapan dari Allah"

Hingga saat ini, saat kendari masih di guyur hujan, saat diri ini masih beradu dengan toots laptop di ruang kerja ku di gedung Lt.3 sungguh jantungku masih berdebar,,, menanti keputusan dari Allah melaluinya. Semoga ketakutanku terbalas oleh ketenangan darinya.

Di penghujung sore ku biarkan hujan terus bersenandung agar senandung airmata pengharapanku tak nampak oleh dunia.

Kendari, August 10, 2014




0 komentar:

Posting Komentar